Jabodetabek.Id - Ramadhan menjadi momen bagi umat muslim dalam berlomba-lomba memperbanyak ibadah kepada Allah SWT.
Tetapi, puasa adalah inti dari ibadah yang dilakukan di bulan mulia tersebut. Bahkan, keistimewaannya tidak diragukan lagi.
Puasa bisa menjadi senjata ampuh untuk memerangi hawa nafsu dan syahwat yang menggelora dalam diri manusia, selain juga menjadi pendorong semangat untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya.
Tak dapat diragukan, puasa mempunyai hak istimewa di sisi Allah SWT. Bahkan Allah sendiri yang berjanji langsung membalasnya, sampai balasannya dinisbatkan kepada Allah secara langsung.
Dalam hadits qudsi riwayat Imam Muslim, Allah menjelaskan bahwa puasa milik-Nya dan Ia yang akan membalasnya:
حدثني محمد ابن رافع, حدثنا عبد الرزاق, أخبرنا ابن جريج, أخبرني عطاء, عن أبي صالح الزيات أنه سمع أبا هريرة يقول: قال رسول الله صم قال الله عز وجل: "كل عمل ابن أدم له إلا الصيام, فإنه لي وأنا أجزي به, والصيام جنة فإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث ولا يسخب فإن سابه أحد أو قاتله فليقل: إني امرؤ صائم, والذي نفس محمد بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله يوم القيامة من ريح المسك. وللصائم فرحتان يفرحهما: إذا أفطر فرح بفطره وإذا لقي ربه فرح بصومه
Artinya: “Menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi’, menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, mengkhabarkan kepada kami Ibnu Juraij, mengkhabarkan kepadaku Atha’ dari Abi Shalih al-Zayat bahwa ia mendengar Abu Hurairah berkata: “Rasulullah bersabda: “Allah berfirman: “Semua perbuatan yang dilakukan anak Adam miliknya kecuali puasa. Puasa milik-Ku dan Aku yang membalasnya.”
Puasa adalah perisai. Apabila di hari salah satu dari kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan berbuat buruk.
Bila seseorang datang mencela atau memusuhi maka hendaknya ia berkata, ‘Aku sedang berpuasa’.
Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat dibanding minyak kasturi.
Dan bagi orang yang berpuasa terdapat dua kebahagiaan. Yaitu, ketika berbuka ia bahagia dengannya dan ketika bertemu Tuhannya ia bahagia dengan puasanya.” (HR Muslim).
Dalam hadits di atas Allah SWT menyandarkan pembalasan ibadah puasa pada Dzat-Nya untuk memuliakan puasa. Syekh Izzudin bin Abdussalam dalam kitabnya menjelaskan mengapa ibadah puasa istimewa di sisi Allah:
أضافه إليه إضافة تشريف لأنه لا يدخله رياء لخفائه ولأن الجوع والعطش لا يتقرب بهما إلى أحد من ملوك الأرض ولا التقرب إلى الأصنام
Artinya: “Allah menisbatkan puasa kepada Dzat-Nya dengan tujuan memuliakan. Karena puasa tidak akan dimasuki sifat riya karena kesamarannya. Juga karena lapar dan haus tidak dapat dijadikan alat untuk mendekat kepada raja-raja di bumi maupun berhala-berhala.” (Izzudin bin Abdussalam, Maqasidus Shaum, [Toko Induk Langitan], halaman 6).
Artikel Terkait
Atasi Masalah Guantibmas, Polisi RW Temukan Motor Warga Jakbar yang Hilang Dicuri
Kepercayaan Publik Terhadap Polri Dalam Penegakan Hukum Meningkat
Sunah Perbanyak Tadarus Alquran pada Bulan Ramadhan
Polres Jakpus Salurkan 1000 Paket Bansos, Bantuan Kemanusiaan Polri untuk Masyarakat
Dalam Patroli KRYD, Polsek Kragilan Berhasil Amankan 20 Pelajar yang Akan Tawuran Perang Sarung
Panglima TNI Terima Kunjungan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia